Martir Tibhirine

    


    Biara Cistercian Santa Maria dari Atlas terletak di lereng bukit, menghadap ke desa Tibhirine. Biara ini kecil dan tidak banyak diketahui orang.

    Pada tahun 1962, sembilan biarawan Prancis memutuskan untuk tetap tinggal di biara ini setelah Aljazair memperoleh kemerdekaannya dari Prancis. Mereka mengabdikan hidup mereka mengikuti regula Santo Benediktus dalam keheningan, doa dan pelayanan.

    Karya pelayanan para biarawan tidak terbatas pada umat Kristiani, tetapi juga untuk siapa saja yang membutuhkan. Banyak umat muslim di desa Tibhirine yang terbantu berkat pelayanan mereka. Bahkan, warga bersahabat erat dengan para biarawan. Para biarawan juga mengajarkan bahasa Prancis kepada penduduk setempat, menyediakan pekerjaan di lahan pertanian milik biara, serta memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan. 

    Bruder Luc, salah satu Biarawan Trappist di Tibhirine, adalah sosok yang menolong masyarakat setempat dalam hal kesehatan. Selain memberi obat-obatan, Bruder Luc juga sering memberi pakaian dan sepatu bekas layak pakai bagi keluarga miskin. Tercatat Bruder Luc telah merawat kurang lebih 800.000 orang di Aljazair selama lebih dari 50 tahun.

    Meskipun jumlah biarawan tidak banyak, karya pelayanan mereka sungguh dirasakan masyarakat setempat. Bahkan, masyarakat desa Tibhirine tidak peduli perbedaan agama, ras, dan golongannya. Mereka menganggap biara Trappist ini adalah rumah kedua mereka.

    Pada tahun 1900-am di daerah Afrika Utara, terjadi konflik berkepanjangan antara pemerintah dengan kelompok militan Islam. Ketegangan ini menimbulkan aksi biadab yang mengerikan. Hampir setiap hari terjadi pemenggalan kepala, penyayatan leher, serta pembataian. Dilaporkan sekitar 200.000 orang meninggal akibat konflik.

    Kondisi ini sudah memberi sinyal bahwa komunitas-komunitas Kristiani, termasuk para biarawan Trappist di desa Tibhirine, bahwa tidak lagi aman untuk mendiami daerah itu.

    Awalnya, mereka juga diminta untuk pergi menyelamatkan diri karena kondisi yang semakin memanas dan memburuk. Dalam rapat para biarawan, beberapa dari mereka sempat berpikir untuk pergi daripada mati sia-sia. Namun, semua itu berubah ketika mereka teringat akan Sabda Tuhan bahwa seorang gembala yang baik tidak akan meninggalkan domba-dombanya. Para rahib ini memilih tetap tinggal bersama masyarakat Tibhirine yang mereka cintai dan layani. 

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

- Yohanes 10:11 - 

    Konflik memanas hingga puncaknya pada 26 Maret 1996, saat tengah malam, 7 dari 9 biarawan Trappist, dengan usia antara 45-82 tahun, diculik dari biara oleh orang-orang bersenjata dari kelompok ekstrimis Islam (GIA).

    Penculikan ini bertujuan untuk mengancam pemerintah Prancis serta bernegosiasi untuk menukar biarawan dengan pemimpin GIA yang ditangkap 3 tahun sebelumnya. Setelah disandera selama 2 bulan, para biarawan ini menerima mahkota kemartiran dengan cara dipenggal.

    Sampai saat ini, jenazah mereka tidak pernah ditemukan secara utuh, hanya kepala mereka saja yang ditemukan di pinggir jalan di Medea, pada 30 Mei 1996 dan dimakamkan secara layak di kompleks biara Tibhirine. 

    Kisah kemartiran 7 biarawan Trappist di desa Tibhirine ini menginspirasi pembuatan film "Of Gods and Men" yang mendapat penghargaan pada tahun 2010. 

    Atas teladan kegigihan kemartiran mereka, Paus Fransiskus membeatifikasi 7 rahib Trappist Tibhirine bersama martir-martir Algeria lainnya pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 2018 di Oran, Algeria.

    Meskipun mereka telah wafat hampir 25 tahun yang lalu, mereka masih tetap menyebarkan pesan perdamaian. 

Doa kepada 7 Martir Tibhirine

Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/



Komentar

Postingan Populer