Rahib yang Tidak Menghakimi

Teman-teman, saat ini kita telah memasuki pekan suci. Nah, mimin punya cerita pendek yang bisa kita renungkan bersama untuk menyambut Paskah nanti. Yuk kita simak kisahnya!

Dalam buku berjudul Prolog dari Ohrid yang dikarang oleh (St.) Nikolai Velimirovic, ada sebuah kisah mengenai orang kudus yang tidak bernama. Orang kudus itu dijuluki sebagai Rahib atau Biarawan yang Tidak Menghakimi/The Uncondemning Monk.

Dikisahkan, biarawan ini adalah seorang biarawan yang buruk. Ia sangat malas, tidak disiplin dalam doa ataupun dalam kehidupannya sehari-hari, tidak menjalankan puasa dan pantang, serta ia sangat ceroboh. Rekan-rekan biarawannya pun tidak begitu menyukainya karena perilakunya ini.

Di penghujung hidupnya, biarawan ini dipenuhi sukacita dan wajahnya berseri-seri. Rekan-rekan biarawannya heran melihat dirinya yang begitu dipenuhi oleh sukacita. Biarawan ini pun mengatakan alasan mengapa ia begitu bersukacita. 

Aku melihat para malaikat dan mereka menunjukkan sebuah kertas yang bertuliskan seluruh dosa-dosaku. Aku berkata kepada mereka, 

"Tuhan Allah mengatakan, 'Janganlah menghakimi, supaya kamu jangan dihakimi.' Aku tidak pernah menghakimi siapapun dan aku berharap dalam kerahiman Alllah bahwa Ia tidak akan menghakimiku."

*berdasarkan Injil Matius 7:1

Setelah itu, para malaikat merobek kertas itu. 

Rekan-rekan biarawannya takjub akan penglihatan itu. Mereka menyadari bahwa ada kalanya mereka menghakimi rekan mereka ini karena perilakunya, padahal sebagai orang beriman, hal pertama yang perlu mereka lakukan adalah mengasihi.

Tidak banyak hal yang diketahui tentang Biarawan yang Tidak Menghakimi ini. Sosoknya hanya dikenal dari kisah singkat itu dan tidak diketahui siapa namanya, kapan ia hidup, biara apa yang ia tempati, ataupuninformasi lainnya. Namun, sosoknya diperingati setiap tanggal 30 Maret oleh Gereja Timur. 

Sobat SaintPedia, kisah Biarawan yang Tidak Menghakimi ini memang singkat. Akan tetapi, ada hal penting yang dapat kita pelajari bersama, Biarawan yang Tidak Menghakimi tidak pernah menghakimi siapapun dan ia memperoleh kasih karunia atas hal itu. Kita pun diajak untuk tidak menghakimi siapapun, termasuk diri kita sendiri. 

Mungkin, kita sudah mencoba untuk tidak menghakimi orang lain. Namun, apakah kita sudah mencoba untuk tidak menghakimi diri kita sendiri?

Terkadang, menerima diri sendiri justru lebih sulit dibanding menerima atau memaklumi orang lain. Mari kita dalam pekan suci iini, kita belajar untuk melihat diri kita sendiri sebagai orang yang dikasihi begitu besar oleh Allah yang rela mati untuk kita. Yuk, kita bersama-sama belajar untuk
tidak menghakimi orang lain maupun diri kita sendiri!

Oleh karena kamu berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ni mencintai kamu,

Yesaya 43:4


Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/



Komentar

Postingan Populer