Para Saksi Iman yang Terbaring di Kerkhof Muntilan
Umat Katolik di Jawa tidak akan merasa asing dengan Kerkhof Muntilan, Bethlehem van Java. Sebab, di tempat inilah tokoh-tokoh Katolik Jawa awal mula dimakamkan. Mereka adalah para misionaris, kardinal pertama, klerus, kaum religius, awam, bahkan para martir. Dalam kesempatan ini, kita akan berkenalan dengan 3 tokoh yang memiliki latar berbeda, yaitu Pater Van Lith, SJ, sang misionaris di Desa Kalibawang, Romo Sandjaja, Pr, sang martir, dan Frater Gentiaras, SCJ, seorang religius yang mempersembahkan sakitnya bagi Gereja. Tanpa menunggu lebih lama lagi, mari kita simak kisah mereka.
Pater Van Lith, SJ
Pater Van Lith adalah salah satu misionaris Jesuit yang paling terkenal dalam sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Pater Van Lith dan rekannya, Pater Hoevenaars, SJ, tiba di Semarang pada tanggal 4 Oktober 1896. Pater Van Lith memulai misinya melalui jalur pendidikan dengan cara membuka sekolah katekis. Pada mulanya, misi Van Lith tidak berjalan dengan mulus. Bahkan, misinya sempat hampir diberhentikan. Pada suatu hari, datanglah Sarikrama dari Kalibawang. Sarikrama mengalami sakit di kakinya yang tidak kunjung sembuh. Ia mendapat wahyu untuk ngesot menemui Van Lith ketika sedang bersemedi di bawah pohon sono.
Pater Van Lith merawat Sarikrama dan mengobati lukanya. Selama dirawat, Sarikrama mulai mempelajari agama Katolik sampai akhirnya, ia dibaptis dengan nama Barnabas. Ia menceritakan perjumpaannya dengan Van Lith dan tentang agama Katolik pada warga desanya, sehingga pada tanggal 14 Desember 1904, 171 orang Jawa dibaptis oleh Pater Van Lith di mata air dekat pohon sono tempat Sarikrama bersemedi. Sekarang, lokasi ini dijadikan tempat ziarah yang dikenal sebagai Sendangsono.
Usai peristiwa pembaptisan, sekolah katekis Pater Van Lith berkembang menjadi sekolah guru. Ia terus mengabdikan diri bagi pendidikan masyarakat Jawa hingga ia wafat pada tanggal 9 Januari 1926. Makamnya terletak di Kerkop, Muntilan.
Romo Sandjaja, Pr
Romo Sandjaja menjadi imam pada masa yang sulit bagi Gereja di Jawa. Bangunan gereja beberapa kali dirusak oleh tentara perang yang menentang misi para pastor. Walaupun demikian, ia bekerjasama dengan umat membangun hubungan baik dengan pemerintah. Pada masa penjajahan Jepang, bangunan gereja dirusak dan dirampasi sehingga Romo Sandjaja harus melakukan pelayanan secara sembunyi-sembunyi sampai situasi menjadi lebih aman.
Ketika situasi sudah lebih stabil, Romo Sandjaja ditugaskan untuk mengajar Seminari Tinggi di Magelang. Pada tahun 1948, ia ditunjuk sebagai rektor Seminari Menengah di Muntilan. Sandjaja dikenal sebagai imam yang saleh dan menjalankan perutusannya dengan sepenuh hati sampai pada hari kemartirannya.
Pada tanggal 20 Desember 1948, kelompok ekstrimis menyerang dan membakar komplek sekolahan di Muntilan. Untuk menyelamatkan rekan-rekannya, Romo Sandjaja menyerahkan diri dan disandera bersama Frater A. Bouwens, SJ. Mereka diinterogasi karena dianggap memiliki hubungan dengan penjajah. Mereka disiksa dan akhirnya dibunuh dengan keji di lapangan terbuka, di pinggiran Muntilan. Ketika jenazah mereka ditemukan, wajah mereka berlumuran darah dan tubuh mereka memar-memar. Hidung mereka disumbat bambu runcing dan pada kaki mereka terdapat bekas sundutan api. Pada tengkuk dan dahi terdapat lubang akibat senjata api. Untuk menghilangkan jejak, jenazah mereka disapu dengan handuk dan dimakamkan di tempat yang sama hingga akhirnya jenazah mereka diambil dan dipindahkan secara besar-besaran ke Kerkhof Muntilan pada tanggal 5 Agustus 1950. Sampai saat ini, umat berdatangan ke tempat ini untuk berziarah dan meminta perantaraan doa mereka.
Frater Gentiaras, SCJ
Frater Antonius Gentiaras adalah putra daerah pertama yang menjadi anggota Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ). Ia berasal dari Tanjung Sakti, Sumatra Selatan. Ia sempat menjalankan studi di Seminari Menengah St. Fransiskus Xaverius di Woloan, Manado, Seminari Petrus Canisius, Muntilan, hingga menjalani masa Postulan-Novisiat SCJ di Asten, belanda.
Pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, 8 September 1937, Frater Gentiaras mengikrarkan kaul pertama dalam kongregasi SCJ dan melanjutkan studi di Liesboch. Di sinilah ia memulai salib penderitaannya. Ia terkena radang paru-paru dan hanya dapat berbaring selama 3 bulan. Setelah agak membaik, ia pulang ke Indonesia untuk melanjutkan studinya di Muntilan hingga ia jatuh sakit lagi pada bulan Oktober 1938. Akhirnya, Frater Gentiaras meninggal pada tanggal 10 Januari 1939, dalam usia yang masih muda. Ia dimakamkan di Kerkop Muntilan.
Frater Gentiaras meninggal dengan penuh kepercayaan bahwa deita yang ia alami dapat menjadi silih kepada Hati Kudus Yesus dan persembahan bagi misi Gereja di Sumatra Selatan. Menjelang wafatnya pada tanggal 17 November 1938, Frater Gentiaras menulis demikian:
Ini adalah pengorbanan yang diminta Tuhan dariku. Dengan cara ini, Ia pasti punya maksud tertentu. apa saja yang dibuat-Nya pasti Ia lakukan karena kasih. Karena itu, aku menerimanya dengan pasrah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Fiat Voluntas Tua, aku mempersembahkan diriku sesuai dengan semangat Imam-imam Hati Kudus Yesus untuk memberi silih atas banyak penghinaan terhadap-Nya, baik yang aku lakukan sendiri maupun orang lain. Akhirnya, aku persembahkan penderitaan dan rasa sakitku demi Gereja di Sumatra Selatan, khususnya untuk Tanjung Sakti, demi memperoleh banyak imam pribumi.
Pater Van Lith, Frater Gentiaras, dan romo Sandjaja adalah sosok-sosok yang dekat dengan kita karena mereka hadir di tengah-tengah masyarakat kita. Semoga inspirasi mereka menumbuhkan rasa syukur dengan identitas 100% Katolik dan 100% Indonesia yang kita tampakkan dalam tingakan nyata untuk mau setia dalam panggilan kita masing-masing seturut teladan mereka.
Ad Maiorem Dei Gloriam!
Informasi Ziarah:
- Teman-teman dapat berziarah mengunjungi Kerkhof Muntilan di Jl. Kerkof, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah 56411, Indonesia. tidak jauh dari Makam kerkhof, teman-teman juga dapat mengunjungi Museum Misi Muntilan yang menyimpan beberapa peninggalan penting seputar misi gereja Katolik di Tanah Jawa. Museum Misi Muntilan terletak di Jl. Kartini No. 3, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah 56411 dan terletak masih satu area dengan Gereja St. Antonius, Muntilan
- Teman-teman juga bisa berkunjung ke Museum Misi Muntilan secara virtual yang sudah ada di YouTube channel Komsos Keuskupan Agung Semarang dengan judul Virtual Tour - Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.
Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia



Komentar
Posting Komentar