𝟑 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐮𝐝𝐮𝐬 𝐏𝐞𝐝𝐮𝐥𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐠𝐢 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧-𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐊𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠



    Sejak dahulu, pengikut Kristus menaruh perhatian khusus kepada mereka yang miskin dan berupaya untuk meringankan kesulitan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Gereja adalah dengan cara meningkatkan pendidikan mereka agar mampu memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan tidak kalah dalam bersaing. Ada begitu banyak orang kudus yang melayani mereka yang tersingkir, lemah, dan papa. Kali ini, mimin mau menceritakan kisah 3 contoh orang kudus yang mempedulikan pendidikan bagi saudara-saudari yang kurang mampu. 

Beata Josaphata Hordashevska

    Michaelina, nama Josaphata sebelum memulai hidup membiara, adalah seorang biarawati yang berasal dari Lviv, Ukraina. Michaelina memperhatikan bahwa ada banyak orang yang miskin secara material maupun spiritual. Banyak anak dan wanita yang terlantar pula. Ada kebutuhan mendesak untuk hadirnya sebuah kongregasi apostolik wanita untuk berkarya di antara mereka. 

    Hal ini mendorong Michaelina menjadi salah satu pionir bagi kongregasi apostolik wanita tersebut. Ia bergabung dengan kongregasi Sisters Servants of Mary Immaculate (SSMI) dan mengambil nama Josaphata. Ia mengenali kebutuhan masyarakat dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Ia dan kongregasinya membangun tempat penitipan anak, menyuplai obat-obatan, mengajar anak-anak untuk menulis dan membaca, mengajarkan kitab suci dan kehidupan para kudus, menjahitkan pakaian liturgi untuk para klerus, mendorong pemeliharaan gereja, dan juga merawat mereka yang sakit selama epidemi kolera dan tifus. 

Santo Yohanes Pembaptis de La Salle

    De La Salle lahir di sebuah keluarga kaya yang tinggal di Prancis 300 tahun yang lalu. Ia menjadi seorang imam pada 9 April 1678. Pada masa itu, sangat sedikit orang yang hidup mewah, sementara yang lainnya hidup di bawah garis kemiskinan. Tidak banyak anak bisa bersekolah, dan kebanyakan yang bersekolah pun tidak memiliki harapan untuk masa depan. Tergerak oleh keadaan itu, de La Salle mengerahkan talenta dan kemampuan yang ia miliki dari latar belakang pendidikannya untuk melayani anak-anak itu. 

    Yohanes meninggalkan rumah keluarganya, hartanya, dan jabatannya sebagai kanon untuk tinggal bersama gurunya dan membentuk sebuah komunitas yang kelak disebut sebagai Bruder-bruder Sekolah Kristen. De La Salle dan kawan-kawannya berhasil menciptakan sekolah-sekolah yang berkualitas di seluruh Prancis. Karyanya menyebar cepat di Prancis, dan setelah kematiannya, ke seluruh dunia.

    Selain itu ada sebuah fakta unik tentang Yohanes de la Salle. Ia adalah pionir dari sekolah menengah yang berfokus pada bahasa, seni, dan sains, juga sekolah teknik. Syukur kepada Allah, kita bisa belajar sesuai minat kita di SMA berkat kehadiran karya Santo Yohanes de la Salle

Santo Yosef Calasanz

    Yosef Calasanz adalah seorang imam pendiri sekolah Katolik gratis pertama di Eropa. Ketika dalam perjalanan menuju Roma, Calasanz menemui banyak anak-anak miskin yang tidak bersekolah. Ia sadar bahwa anak-anak itu membutuhkannya. Ia bersama beberapa teman sesama imam membuat sekolah gratis pertama yang berawal dari 2 ruangan kecil di paroki. 

    Karya Calasanz berkembang sampai akhirnya ia dan teman-temannya membentuk kongregasi Piaris dengan misi mengedukasi anak-anak SD. Ada banyak rintangan dalam pelanayan Calasanz. Walau begitu, ia tidak menyerah ataupun kehilangan harapan. 

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

- Yesus Kristus -

Matius 25:40

Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/


Komentar

Postingan Populer