HolyPeople Goes to Indonesia

     

    Teman-teman, terkadang kita tergoda untuk berpikir bahwa orang-orang kudus itu jauh. Mereka berada di negara atau bahkan benua yang tidak ada sangkut pautnya dengan tanah air kita, Indonesia.

    Ternyata, hal itu tidak benar! Beberapa orang kudus yang sudah dikanonisasi atau dibeatifikasi pernah berkunjung atau bahkan berkarya di Indonesia. Sebagian dari teman-teman pasti sudah tidak asing dengan St. Fransiskus Xaverius. Namun, ternyata ada lebih banyak lagi orang kudus yang pernah berkunjung dan singgah di Indonesia. Bahkan, dikabarkan terjadi mukjizat melalui perantaraan salah seorang Beata yang pernah berkunjung ke Indonesia. Artinya, jika mukjizat itu diakui maka Beata ini dapat segera dikanonisasi sebagai Santa.

    Tanpa menunggu lebih lama lagi, tim SaintPedia sudah mencoba untuk merangkum dafta orang-orang kudus yang pernah singgah di Indonesia. Yuk kita simak bareng-bareng!

St. Fransiskus Xaverius, SJ

    Orang kudus pertama kita adalah St. Fransiskus Xaverius. Siapa sih yang tidak pernah mendengar nama beliau? Fransiskus Xaverius tiba di Malaka pada bulan Oktober 1545. Tak hanya Malaka, Xaverius juga bermisi di Ambon, Ternate, Gilolo (Halmahera), Saparua, dan Morotai.

    Selama misinya di Nusantara (1545-1547), Xaverius menerjemahkan katekismus dalam bahasa Melayu, mengajar, membuka sekolah bagi orang-orang lokal, serta membaptis mereka. Xaverius menyebarkan Iman Katolik dengan menanamkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tempat ia bermisi. Ia pun dengan berani membera masyarakat pribumi yang ditindas oleh orang-orang Portugis. Kepribadiannya yang penuh kasih dan perhatian mempengaruhi banyak orang, bahkan Raja Ternate senang menerima kehadiran Xaverius di instana. 

    Meski Fransiskus Xaverius tidak lama berada di Nusantara, namun kasihnya dan semangat pelayanannya telah menumbuhkan iman yang kini hidup dengan subur di tengah kemajemukkan bangsa Indonesia. 

Beato Dionisius dan Redemptus, OCD

    Kedua orang kudus ini, Beato Dionisius dan Redemptus, tidak hanya singgah di bumi Indonesia, tetapi mereka juga menjadi martir di tempat ini. Mereka berdua, beserta seluruh anggota misi, berlabuh di Ole-ole (sekarang Kotaraja). Ketika mereka tiba, Sultan Iskandar Thani menyebarkan berita bahwa orang-orang Portugis ini datang untuk menyebarkan agama Katolik di wilayah Aceh. Mereka semua ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar meninggalkan imannya. Mereka dipenjara selama sebulan.

    Siksaan yang begitu berat mengakibatkan beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya. Namun, Dionisius senantiasa meneguhkan saudara-saudaranya. Akhirnya, tibalah saatnya mereka dieksekusi. Dikisahkan bahwa senjata para algojo tidak dapat menyentuh Dionisius sampai ia berdoa dan menyerahkan nyawanya kepada Tuhan. Redemptus juga menjadi martir bersama dia. Jenazah mereka tidak membusuk selama 7 bulan meski telah dibuang ke laut dan hutan. Akhirnya jenazah mereka dimakamkan dengan hormat di Pulau Dien kemudian dipindahkan ke Goa, India. 

St. Paus Paulus VI

    Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia pada 3 Desember 1970 dalam program kunjungannya ke Asia dan Oseania. Ketika tiba di Bandara Internasional Kemayoran, ia disambut oleh Presiden Soeharto. ia pun bertemu dengan para imam, biarawan, dan biarawati di Katedral jakarta. ia juga mengunjungi Presiden Soeharto di Istana Negara. Sebelum melanjutkan perjalanannya, ia merayakan Ekaristi di Stadion Utama Senayan.

St. Paus Yohanes Paulus II

    Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia pada tahun 1989. Ia mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Maumere. Seperti kunjungan ke negara lainnya, ketika baru tiba di Indonesia, ia bersujud dan mencium tanah Indonesia tempat ia berpijak. Paus Yohanes Paulus II merayakan Ekaristi di Gelora Bung Karno, yang saat itu masih bernama Stadion Utama Senayan. Dalam kunjungan ke Istana Negara, ia menyatakan pada Presiden Soeharto, kekagumannya pada falsafah Pancasila dan toleransi antar umat beragama di Indonesia. 

Beato Juan Alonso Fernandez, MSC

    Juan Alonso Fernandez adalah salah satu pastor Misionaris Hati Kudus (MSC) asal Spanyol yang pernah berkarya di Indonesia sebagai misionaris di tanah misi Minahasa, Sulawesi Utara tepatnya di paroki St. Fransiskus de Sales, Kokoleh, Keuskupan Manado. Pastor Juan Alonso dikenal sebagai pastor yang setia melayani, memiliki semangat misioner, pengorbanan, komitmen dan keberanian. Ia rela dengan sepeda motornya menembus jalan yang tidak mulus dan penuh rintangan, dari Kokoleh sampai ke Belang, Minahasa dan sekitarnya. Sering pula ia menyeberangi sungai yang belum ada jembatannya dengan memikul motor sambil menyeberang demi melayani umat Allah. Ia melayani di Indonesia dari tahun 1963 sampai dengan tahun 1965 dan dibunuh menjadi martir di Guatemala, Amerika Tengah pada 15 Februari 1981. 

Beato Odorico da Pordenone, OFM

    Odorico da Pordenone adalah imam Italia pertama yang menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Ia hanya singgah di Jawa, sebab ia ditugaskan untuk bermisi di Tiongkok. Ketika singgah di Jawa, Odorico kagum dengan kehidupan orang-orang Jawa, Odorico kagum dengan kehidupan orang-orang Jawa. Kita tidak perlu heran dengan kesan yang ia diperoleh, sebab ia mengunjungi Jawa pada kurun waktu 1321-1322, yakni pada masa Kerajaan Majapahit. Odorico sangat ingin memperpanjang masa singgahnya. Namun, misi di Tiongkok sudah menunggunya. Ia pun bertugas di sana selama 3 tahun, lalu kembali ke negaranya. Ketika kembali ke negaranya, ia kembali teringat dengan Jawa dan sangat ingin menceritakannya kepada Paus. Ia pun berusaha menemui Bapa Suci. Sayangnya, sebelum menemui Paus, ia malah jatuh sakit. Selama sakit, Odorico meminta temannya untuk mencatat kisah-kisahnya, yang salah satunya adalah tentang Jawa. Kini, kisah-kisah itu telah tertulis dalam I viaggi di Frate Odorico

St. Yohanes Gabriel Perboyre, CM

    Yohanes Gabriel Perboyre lahir di Le Puech, Prancis pada 6 Februari 1802. Pada usia muda, ia masuk dalam Kongregasi Misi (CM) dan ditahbiskan menjadi seorang imam. Setelah mempelajari bahasa Mandarin, ia mengajukan diri untuk bermisi ke tanah Tiongkok yang saat itu sangat tertutup dengan dunia luar. Ia siap sampai di Selat Sunda dan Batavia. Kemudian pada 14 Juli 1835, ia berada di Surabaya. Perjalanannya di Indonesia, ia tuliskan dalam surat kepada pamannya, Pastor Yakobus Perboyre, CM. 

  Selama di Surabaya, selain menikmati pesona alamnya, Pastor Yohanes Gabriel juga mempersembahkan Misa Kudus di Gereja Kelahiran St. Perawan Maria, Kepanjen, yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Pada 7 Agustus 1835, Pastor Yohanes melanjutkan perjalanannya bermisi di Tiongkok dan berakhir menjadi martir dengan cara disalib pada 11 September 1840. 

Beata Maria Ines Teresa Arias, MC

     Beata Maria Ines Teresa Arias merupakan pendiri dari Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus. Madre Ines pernah mengunjungi Indonesia untuk mengunjungi karya misi para suster Misionaris Claris. Beberapa kali ia mengunjungi Indonesia pada tahun 1962, 1965, 1970, 1973, 1976 di Madiun dan tahun 1980 di Surabaya. Sosok Madre Ines membekas di hati para suster. Madre adalah sosok ibu yang mengayomi, enerjik, sederhana dan suka bercanda, tak lupa ia membagikan cinta dan api iman pada putri-putrinya. Cuaca Indonesia yang relatif panas tidak membuat semangatnya lesu. Ia tak mengenal kata lelah dalam melayani yang membuat para suster kagum akan karismanya. Kunjungan terakhirya di Surabaya bagaikan Kalvari sebab ia datang dalam kondisi sakit, namun ia tetap tersenyum dan penuh tawa.

    Kini mukjizat kedua melalui perantaraan doanya telah disiarkan secara publik dan dalam proses penyelidikan. Jika benar terbukti bahwa penyembuhan yang terjadi adalah mukjizat berkat perantaraan doa Beata Maria Ines maka beliau akan segera dikanonisasi sebagai seorang Kudus/Santa.

    Demikian daftar para kudus yang pernah mengunjungi Indonesia yang dapat Tim SaintPedia temukan. Semoga setelah membacanya, teman-teman dapat semakin menyadari bahwa para kudus itu dekat dengan kita dan Tuhan juga bekerja di tengah-tengah bangsa kita melalui para kudus-Nya. Banggalah menjadi orang Indonesia karena Tuhan sudah dan akan selalu memperhatikan bangsa kita. Dengan demikian, teman-teman dapat merasa kerasan dengan identitas 100% Katolik 100% Indonesia, menysukuri karunia-karunia ini, dan karenanya, menggerakkan teman-teman untuk berkarya bagi bangsa Gereja dan bagi bangsa kita sesuai dengan keahlian dan panggilan teman-teman. Semoga semua orang kudus Allah selalu mendoakan dan membimbing kita semakin dekat dengan Yesus. Amin.

 Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/

Komentar

Postingan Populer