Santo Yohanes Paulus II


   Karol Jozef Wojtyla lahir pada tanggal 18 Mei 1920 dari pasangan Karol Wojtyla, Sr. dan Emilia Kaczorowska. Ibunya meninggal ketika ia masih berusia 8 tahun. Bukan hanya ibu, Karol juga kehilangan saudara-saudarinya. Kakak perempuannya meninggal bahkan sebelum ia lahir dan kakak laki-lakinya meninggal ketika Karol masih kecil, sehingga Karol hanya hidup berdua bersama ayahnya. Ayah Karol mengajarkannya untuk mencintai Bunda Maria dan menjadikannya sebagai ibu. Sampai akhir hayatnya, Karol dikenal sebagai pecinta Maria yang setia.

   Pada tahun 1938, Karol menjalankan pendidikannya di Universitas Jagiellonian untuk mempelajari sastra dan bahasa. Ia lancar berbicara dalam 15 bahasa dan terus ia gunakan, bahkan ketika sudah menjadi paus. Karol juga senang melakukan aktivitas fisik seperti mendaki gunung, kayak, dan bermain ski. Setelah kematian ayahnya, Karol mulai berpikir untuk menjadi imam. Ia mengetuk pintu uskup Krakow dan menyatakan keinginannya untuk bergabung di seminari. Segera ia mulai menjalankan studinya di seminari bawah tanah karena keadaan Polandia saat itu yang membahayakan bagi Gereja. Tidak lama kemudian, terjadi insiden dimana Karol tertabrak truk dari petugas Jerman yang saat itu menguasai Polandia. Karol dirawat selama dua minggu karena mengalami gegar otak dan patah tulang. Bagi Karol, kesembuhannya menjadi tanda yang meneguhkan panggilan hidupnya.

   Pada tahun 1945, Jerman meninggalkan Krakow. Karol beserta seminaris lainnya mengambil alih kembali seminari mereka yang dulu diambil oleh Jerman. Selama masa penjajahan Nazi, Karol banyak menolong orang-orang Yahudi untuk melarikan diri. Setelah selesai menjalankan studinya di seminari, Karol ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Sapienha. Kemudian, ia melanjutkan studi teologinya di Universitas Pontifikal St. Thomas Aquinas di Roma hingga memperoleh gelar doktorat. Selama masa studinya di Roma itulah ia mengunjungi Padre Pio di San Giovanni Rotondo dan mengaku dosa kepadanya. Padre Pio meramalkan kepada Karol bahwa suatu saat, ia akan berada di posisi tertinggi dalam Gereja. Setelah selesai menjalankan studi, ia beberapa kali ditugaskan sebagai imam paroki sambil mengajar mata kuliah etika di Universitas Jagiellonian. Selama mengajar di sana, ia senang mengajak mahasiswa-mahasiswinya untuk acara ski dan kayak tahunan.

   Pada usia 38 tahun, Karol diangkat menjadi seorang uskup. Ia menjadi uskup termuda di Polandia. Pada bulan Agustus 1978, Paus Paulus VI wafat. Karol Wojtyła yang saat itu sudah diangkat menjadi seorang Kardinal ikut menghadiri konklaf. Kardinal Albino Luciani, Kardinal Venesia, terpilih sebagai paus dan memilih nama Yohanes Paulus I. Namun, Paus Yohanes Paulus I wafat hanya setelah 33 hari menjabat. Karol pun kembali ke Vatikan untuk mengikuti konklaf dan tanpa disangka, ia terpilih. Ia menjadi Paus ke-264, Paus pertama yang bukan orang Italia dalam 455 tahun, dan dengan usia 58 tahun, ia menjadi Paus termuda sejak Paus Pius IX, yang dilantik ketika berusia 54 tahun pada tahun 1846. Karol memilih nama Yohanes Paulus II untuk menghormati pendahulunya.


   Selama masa kepausannya, Paus Yohanes Paulus II banyak mencetak sejarah. Ia mengunjungi negara-negara yang belum pernah dikunjungi Paus. Ia mengupayakan rekonsiliasi terhadap gereja-gereja non Katolik seperti Anglikan, Lutheran, dan Ortodoks. Ia melakukan perjalanan dengan jarak lebih dari 1,1 juta kilometer dan mengunjungi 129 negara. Ia selalu menarik perhatian banyak orang dalam perjalanannya. Sebagai contoh, pada Hari Orang Muda Sedunia di Manila tahun 1995, ada sekitar 5 juta orang yang berkumpul. Peristiwa tahun 1995 itu merupakan perkumpulan orang Kristen terbesar yang pernah ada dan baru dipecahkan pada tahun 2015, ketika Paus Fransiskus mengunjungi Manila. Paus Yohanes Paulus II juga menggagas Hari Orang Muda Katolik sedunia (World Youth Day) pada 1984 dan masih berlanjut hingga hari ini yang diadakan 2-3 tahun sekali dengan maksud membawa pemuda-pemudi Katolik dari seluruh dunia utnuk bersama-sama merayakan iman. Acara ini selalu diminati untuk dihadiri oleh seluruh pemuda di dunia sebagai momen peziarahan tersendiri.

   Pada 13 Mei 1981, kala memasuki lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat, Yohanes Paulus II hampir tewas ditembak oleh Mehmet Ali Ağca, seorang muslim ekstremis asal Turki. Atas insiden itu, Ali Ağca dihukum penjara seumur hidup. Pada 27 Desember 1983, Paus mengunjungi Ağca dan mengampuninya. Pertemuan itu membawa perubahan besar dalam diri Ağca, bahkan ia memutuskan untuk menjadi seorang Katolik. Pada 31 Maret 2005, Yohanes Paulus II mengalami septic shock, sebuah gejala penyebaran infeksi dengan demam tinggi dan tekanan darah rendah. Sabtu, 2 April 2005, sekitar pukul 15.30 CEST, Yohanes Paulus II mengatakan kata-kata terakhirnya dalam bahasa Polandia, yang berarti "Biarkan aku pergi ke rumah Bapa." Pada hari itu juga, 46 hari sebelum ulang tahunnya ke-85, Paus Yohanes Paulus II menghembuskan nafas terakhirnya. Jutaan orang dari seluruh dunia datang ke Vatikan untuk melayat dan upacara pemakamannya tercatat sebagai upacara pemakaman dengan pelayat terbanyak sepanjang sejarah Kristiani sejak perang salib. Yohanes Paulus II begitu dicintai oleh orang-orang dari berbagai kalangan dan agama. Pada 1 Mei 2011, Paus Benediktus XVI memaklumkan Paus Yohanes Paulus II sebagai Beato dan pada tanggal 27 April 2014, ia dikanonisasi oleh Paus Fransiskus. Semoga Santo Yohanes Paulus II mendoakan kita dari Surga dan menjadi teladan dalam menjalani peziarahan hidup Kristiani.

Doa kepada Santo Yohanes Paulus II



Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/

Komentar

Postingan Populer