Bunda Maria dari La Salette
Bunda Maria mulai berbicara menyampaikan pesannya: “Jika umatku tidak taat, aku terpaksa melepaskan lengan Putraku. Lengan-Nya begitu berat menekan, hingga aku tak lagi dapat menahannya. Sudah lama aku menderita karenamu! Aku berdoa tak henti-hentinya untuk kalian agar Putraku tak meninggalkan kalian, tetapi kalian sama sekali tidak mempedulikannya. Bagaimanapun kamu berdoa, apa pun yang kamu lakukan, kamu tidak pernah akan dapat membalas jerih payah yang telah aku lakukan untukmu. Lanjutnya: Enam hari telah kuberikan kepadamu untuk bekerja, satu hari kusediakan untuk diriku sendiri dan aku tidak mendapatkannya. Dan itu membuat lengan Putraku begitu berat. Saat para tukang pedati di kereta menyumpah-nyumpah serapah, mereka juga menggunakan nama Putraku; itulah kedua hal yang menjadikan lengan Putraku begitu berat.
Kalau panenan gagal, itu adalah kesalahanmu sendiri. Tahun yang lalu, hal itu telah kuperlihatkan kepadamu pada panenan kentang, tetapi sama sekali tidak kamu hiraukan. Sebaliknya saat kamu menjumpai kentang-kentang yang busuk, kamu menyumpah-nyumpah dengan menggunakan nama Putraku. Kentang akan tetap membusuk, dan pada Natal nanti tidak akan ada kentang lagi. Ketika Bunda Maria berbicara soal kentang (pommes de terre), Melanie kebingungan. Kata Pommes membuatnya berpikir tentang apel sebab kentang dalam dialek mereka disebut las truffas. Bunda Maria sadar kalau Melanie kebingungan. Dengan penuh kasih ia berkata, “Ah, anak-anakku, kalian tidak mengerti ya? Baiklah, aku akan mengatakannya dengan cara yang berbeda.” Bunda Maria pun menjelaskan ulang dengan dialek yang dimengerti Melanie dan Maximin. Bahkan dalam kedukaan dan kekecewaannya, Maria bersikap penuh kasih dan perhatian.
Bunda Maria melanjutkan pesannya akan panenan yang selalu gagal dan wabah kelaparan yang dahsyat akan terjadi, namun diakhir pesannya Bunda berkata: “Kalau orang bertobat, batu karang akan berubah menjadi gandum dan tanah akan menghasilkan kentang yang berlimpah.” Lalu ia bertanya kepada anak-anak, “Apakah kalian berdoa dengan baik, anak-anakku?” “Tidak, kami nyaris tak pernah berdoa sama sekali,” gumam mereka. “Ah, anak-anakku, sungguh amat penting memanjatkan doa, malam maupun pagi. Apabila kalian tak punya cukup waktu, setidak-tidaknya daraskanlah satu Bapa Kami dan satu Salam Maria. Dan apabila memungkinkan, berdoalah lebih banyak.”
Bunda Maria kemudian kembali kepada penghukuman orang banyak, “Hanya ada sedikit perempuan tua yang pergi ke Misa pada musim panas. Sedangkan, yang lainnya bekerja setiap hari Minggu sepanjang musim panas. Dan pada musim dingin, ketika mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka pergi ke Misa hanya untuk memperolok agama. Sepanjang Masa Prapaskah mereka berkerumun di kedai tukang daging bagaikan anjing-anjing yang kelaparan.”
Kepada Maximin, Bunda bertanya: “Pernahkah kamu melihat gandum busuk, anak-anak? Engkau tentu pernah melihatnya ketika di Le Coin bersama dengan ayahmu. Pemilik tanah berkata kepada ayahmu; 'Mari lihatlah gandum busuk saya'. Lalu kamu berdua pergi melihatnya. Ia mengambil dua atau tiga butir dalam tangannya meremasnya dan semuanya jadi debu. Lalu kamu pergi. Ketika dalam perjalanan pulang sekitar setengah jam lagi dari Corps, ayahmu memberimu sepotong roti dan berkata; 'Makanlah roti tahun ini anakku, aku tidak tahu siapa yang masih bisa makan roti tahun depan, kalau begini terus dan tanaman gandum membusuk.'
Nah, anak-anakku, sampaikanlah pesan ini kepada semua umatku." menjadi pesan terakhir Bunda Maria La Salette. Kemudian Bunda Maria berjalan pergi, mendaki sebuah jalanan yang tinggi, dan kemudian menghilang dalam cahaya yang cemerlang.
Doa Memorare Bunda Maria La Salette:
Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia


Komentar
Posting Komentar