SANTO PIO DARI PIETRELCINA

   

   St. Pio dari Pietrelcina atau Padre Pio merupakan orang kudus besar abad ke-20 yang menerima karunia-karunia ilahi seperti stigmata selama 50 tahun (mengalami 5 luka Yesus dan luka-luka tersebut mengeluarkan bau harum), bilokasi (dapat berada di dua tempat sekaligus), levitasi (dapat melayang/berdiri tanpa menyentuh tanah), karunia kunjungan dari jiwa-jiwa di api penyucian, dan mengetahui isi batin orang.

   Francesco Forgione (nama kecil Padre Pio) lahir pada tanggal 25 Mei 1887. Sedari kecil, Francesco sudah menunjukkan tanda-tanda kesalehan. Di usia lima tahun, Francesco sudah mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Tidak hanya itu, sejak kecil ia dapat berkomunikasi dengan malaikat pelindungnya, Bunda Maria, dan Tuhan Yesus.

   Pada usia 15 tahun Francesco bergabung dengan biara kapusin dan mengambil nama Pio sebagai nama religiusnya. Pada usia 23 tahun, ia ditahbiskan sebagai imam dan setelah selesai melayani angkatan bersenjata ia ditugaskan di San Giovanni Rotondo. Tanggal 20 September 1918, Padre Pio menerima karunia stigmata lima luka Yesus pada saat ia mengucap syukur setelah mempersembahkan misa. Setelah peristiwa itu, Padre Pio banyak mengalami kesulitan akibat penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Gereja dan dunia medis. Bahkan, ia sempat tidak diizinkan untuk merayakan misa publik dan mendengarkan pengakuan dosa.


  Setelah akhirnya ia diizinkan untuk kembali melayani secara publik, umat dalam jumlah besar yang mendengar kabar karunia-karunia ajaib yang dimiliki Padre Pio berdatangan ke San Giovanni Rotondo untuk menghadiri misa yang ia persembahkan setiap pagi dan untuk mengaku dosa padanya. Dalam sehari, Padre Pio bisa menghabiskan 15 jam hanya untuk mendengarkan pengakuan dosa. Dalam pengakuan-pengakuan inilah banyak umat yang bersaksi bahwa Padre Pio dapat mengetahui isi hati dan masa lalu para peniten.

   Padre Pio cukup dikenal dengan pribadinya yang tegas, ia bahkan sering memarahi para peniten dan menegur mereka dengan keras, hal ini sering ia lakukan kepada para peniten bahkan sering mengusir para peniten. Hal ini dilakukan oleh Padre Pio agar para peniten tidak hanya sekadar mengaku dosa-dosa dengan kata-kata namun juga harus diikuti dengan rasa sesal dan niat untuk merubah diri serta hidup dalam pertobatan. Meski diperlakukan seperti itu, justru umat beriman semakin bertumbuh imannya dengan pesat dalam pertobatan.

   Pada tahun 1940, Padre Pio menggagas untuk mendirikan rumah sakit di bukit Gargano. Pada tahun 1946 barulah pembangunan rumah sakit terlaksana lewat dana yang diterima dari para peziarah. Rumah sakit yang disebut “Rumah Untuk Mengangkat Penderitaan” berdiri dan dapat menampung 350 orang. Padre Pio wafat pada tanggal 23 September 1968. Ada kisah unik di tahun 1947, Wojtyla, seorang pastor muda dari Polandia berkunjung ke San Giovanni Rotondo dan bertemu Padre Pio. Pada saat bertemu, Padre Pio mengatakan bahwa Wojtyla kelak akan menduduki posisi tertinggi di dalam Gereja Katolik. Nubuatan ini tergenapi, Wojtyla, yang kita kenal sebagai Paus Yohanes Paulus II,  kelak mengkanonisasi Padre Pio sebagai orang kudus pada tanggal 16 Juni 2002. 


Untuk infografis orang kudus lainnya yang menarik dapat melihat di instagram @saintpedia


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“disarikan dan diterjemahkan oleh saintpedia: https://saintpediastory.blogspot.com/

Komentar

Postingan Populer